Sumber foto : Google Jakarta.nu.or.id
Dalam sejarah politik Indonesia, peran perempuan di pemerintahan kian hari semakin mendapat sorotan. Kini (21/10/24) berlangsung momen pelantikan menteri kabinet, di bawah pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, sebanyak 14 perempuan, yang dikenal sebagai "Srikandi", telah diangkat menjadi bagian penting dari Kabinet Merah Putih. Kehadiran para perempuan ini menandai babak baru dalam keterwakilan gender di tingkat tertinggi pemerintahan.
Kabinet Merah Putih di bawah kepemimpinan Prabowo - Gibran ini disebut sebagai salah satu kabinet dengan jumlah menteri perempuan terbanyak dalam sejarah Indonesia. Keputusan ini mencerminkan komitmen pasangan pemimpin tersebut dalam memperkuat keterlibatan perempuan dalam pembangunan nasional. Langkah ini juga mendapatkan apresiasi dari berbagai kalangan, terutama aktivis gender dan pemerhati politik.
Keempat belas perempuan yang dilantik dalam kabinet ini memiliki latar belakang yang beragam, mulai dari akademisi, praktisi ekonomi, aktivis sosial, hingga politisi berpengalaman. Mereka diharapkan dapat membawa terobosan di berbagai bidang yang menjadi tanggung jawab mereka. Beberapa nama di antaranya termasuk sosok-sosok yang sudah dikenal luas di masyarakat, seperti Sri Mulyani Indrawati yang kembali dipercaya sebagai Menteri Keuangan, dan Retno Marsudi yang tetap memimpin Kementerian Luar Negeri.
Selain mereka, ada pula nama-nama baru yang mencuri perhatian, seperti Nurul Arifin yang memegang Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Ia diharapkan dapat memperkuat kebijakan yang mendukung kesejahteraan perempuan, serta menghapus diskriminasi dan kekerasan berbasis gender.
Di bidang ekonomi, Prabowo - Gibran juga memberikan kepercayaan kepada perempuan untuk mengawal sektor-sektor kunci. Misalnya, Elvira Nabiha yang kini menjabat sebagai Menteri Perdagangan, dan Shinta Widjaja Kamdani yang diangkat sebagai Menteri Perindustrian.
Meskipun keterwakilan perempuan di kabinet mengalami peningkatan signifikan, masih banyak tantangan yang harus dihadapi oleh para "Srikandi" ini. Beban ekspektasi publik, tekanan politik, dan tuntutan untuk mengatasi berbagai masalah bangsa dari ekonomi, kesehatan, pendidikan, hingga ketimpangan gender menjadi tantangan utama yang harus mereka hadapi.
Salah satu isu yang paling mendesak adalah masalah kekerasan terhadap perempuan dan anak. Laporan dari Komnas Perempuan mencatat bahwa kasus kekerasan terhadap perempuan terus meningkat setiap tahunnya. Dengan kehadiran menteri-menteri perempuan di posisi strategis, publik berharap bahwa kebijakan-kebijakan yang berpihak kepada perempuan dapat semakin ditegakkan, terutama dalam menciptakan lingkungan yang lebih aman dan setara bagi semua.
Dalam bidang ekonomi, tantangan besar juga dihadapi oleh sektor-sektor yang kini dipimpin oleh perempuan. Pemulihan pascapandemi COVID-19 dan upaya meningkatkan daya saing industri nasional menjadi fokus utama. Para menteri perempuan ini harus mampu menunjukkan bahwa mereka dapat membawa perubahan signifikan dalam pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Dalam konteks politik nasional, keterlibatan perempuan di kabinet ini juga dapat memperbaiki citra partai politik dalam hal komitmen terhadap isu-isu kesetaraan gender. Beberapa partai politik di Indonesia masih mengalami hambatan dalam mendorong perempuan untuk tampil sebagai calon legislatif atau kepala daerah, namun langkah Prabowo - Gibran ini menjadi contoh positif bagi partai-partai lain.
Kabinet Merah Putih di bawah pimpinan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, dengan kehadiran 14 "Srikandi", menandai era baru dalam sejarah pemerintahan Indonesia. Dengan beragam latar belakang dan keahlian, para perempuan ini diharapkan dapat menghadirkan kebijakan yang lebih inklusif, adil, dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat. Tantangan yang dihadapi tentu tidak mudah, tetapi kehadiran mereka membuka jalan bagi masa depan yang lebih setara dan berkeadilan gender di Indonesia.
0 Komentar